
Memperkuat Wawasan Nusantara Dalam Dunia Pendidikan Kita
Kompas.com
TANGGAL 13 Desember diperingati sebagai Hari Nusantara. Peringatan Hari Nusantara pertama kali dicanangkan Presiden Abdurrhaman Wahid tahun 1999.
Dua tahun setelahnya, Presiden Megawati Soekarnoputri menerbitkan Surat Keputusan Presiden Nomor 126 tahun 2001 yang isinya menetapkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara.
Peringatan Hari Nusantara ditujukan untuk mempererat ikatan persatuan dan rasa persaudaraan sebangsa. Selain itu, peringatan dimaksudkan agar rakyat Indonesia mengetahui jati diri geografisnya yang menyandang predikat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Predikat ini sangat prestisius dan tidak diperoleh secara instan, melainkan melalui perumusan pemikiran dan perjuangan diplomasi panjang yang asal-usulnya dapat dilacak dari Deklarasi Juanda pada 13 tanggal Desember 1957.
Deklarasi Juanda berperan besar dalam memperjuangkan prinsip negara kepulauan dengan mengubah status perairan antar pulau di luar 3 mil yang semula berstatus laut bebas (berdasarkan warisan hukum Hindia Belanda), menjadi perairan teritorial Indonesia.
Dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun bagi Indonesia untuk memperoleh pengakuan dunia atas konsep negara kepulauan, yang puncaknya terjadi pada konferensi hukum laut internasional ketiga tahun 1982.
Pengakuan terhadap asas negara kepulauan merupakan prestasi besar dalam sejarah Indonesia sejak menjadi negara merdeka. Wilayah Indonesia menjadi berlipat ganda. Laut tidak lagi menjadi pemisah, melainkan menjadi penghubung dan perekat kesatuan negara Indonesia.
Di sini, dapat pula dikatakan bahwa para diplomat kita telah berhasil mendeklarasikan ulang Nusantara. Nusantara kita kembali seperti semula, yakni menjadi luas dan tak terpisahkan.
Kedaulatan wilayah yang membentang luas ini harus kita jaga dengan semangat persatuan. Karena itu, pemaknaan kita tentang Hari Nusantara hendaknya jangan berhenti pada kekaguman dalam sudut pandang perluasan wilayah NKRI yang diperjuangkan sejak tahun 1957. Melainkan juga pada kekaguman terhadap realitas kemajemukan yang harus dipelihara sebagai identitas bangsa Indonesia.
Tanpa kesadaran dan kekaguman terhadap keberagaman yang terdapat di bumi Nusantara, kita hanya akan terperosok pada pandangan sempit yang berujung pada pertikaian antar saudara sebangsa. Kita juga akan terus menerus membingkai perbedaan dalam pengkotakan.
Para diplomat kita, dalam perspektif teritorial, telah berhasil “menebus” sesuatu yang menjadi hak negara kepulauan, dan menjadikannya seperti Nusantara yang luas seperti dahulu kala. Maka, kita juga perlu berjuang untuk menebus Nusantara dari upaya penyanderaan terhadap nilai-nilai toleransi dan persatuan sebagai nilai luhur di Nusantara.
Penyanderaan nilai-nilai
Diakui ataupun tidak, perasaan kebangsaan dan nilai toleransi sedang disandera oleh pihak-pihak yang dengan sengaja menyebarkan kebencian, membelah masyarakat melalui provokasi dan cara pandang yang sempit, yang umumnya berkedok agama dan aliran tertentu, sehingga melunturkan nilai persaudaraan dan toleransi sebagai akar budaya bangsa Indonesia.
Di masa lalu, bangsa ini pernah merasakan berbagai upaya politik adu domba (divide et impera) yang dilakukan oleh pihak kolonial. Politik segregasi yang diterapkan pihak kolonial untuk melemahkan ikatan persatuan antara saudara sebangsa memang dapat kita lalui.
Tetapi tantangan yang kita hadapi sekarang harus diakui jauh lebih kompleks. Terlebih di era digital yang serba cepat membuat akses informasi dan komunikasi menjadi tidak terbendung. Yang paling mengkhawatirkan dari mudahnya akses dunia digital ialah adanya inter-relasi dengan muatan ideologi tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Kami juga dapat melihat dalam beberapa tahun belakangan, serangkaian hujatan dan upaya menyuburkan sikap skeptis terhadap pemerintahan yang sah menjadi penampakan yang kerap dijumpai di media sosial. Orang-orang seolah kehilangan rasa hormat satu sama lain.
Jangankan yang berbeda agama, bahkan yang seagama pun dapat saling mencaci dan menyalahkan hanya karena perbedaan pandangan dan kepentingan. Publik di Tanah Air menjadi mudah termakan berita bohong dan menyesatkan.
Realitas ini tentu memunggungi semangat nasionalisme yang sudah seharusnya menjadi nilai yang terpelihara di bumi Busantara. Kita semua perlu berjuang untuk menebus nilai-nilai luhur di Nusantara tercinta ini dari upaya penyanderaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menginginkan Indonesia terpecah-belah melalui serangkaian adu domba dan sebaran fitnah.
Upaya kohesif
Semua pihak perlu melakukan upaya kohesif, salah satunya dengan menyebarkan kembali wawasan Nusantara yang dahulu secara aktif ditanamkan pada tiap jenjang pendidikan. Karena bagaimanapun, generasi muda terpelajar Indonesia harus mengenali hakikat keberadaanya untuk hidup rukun di tengah keberagaman.
Jangan sampai penanaman nilai persatuan dan pengenalan landskap budaya melalui wawasan nusantara/kebangsaan menjadi meredup.
Para pendidik di semua jenjang perlu diarahkan pada pelatihan tentang pentingnya memupuk dan memelihara persatuan di tengah keberagaman. Ini hal mendasar yang perlu diupayakan oleh pemegang kebijakan agar skema pendidikan dan pelatihan (diklat) tidak didominasi oleh berbagai uraian teknis-administratif.
Di saat yang sama, lembaga inspektorat juga harus melangkah lebih maju dalam mengaudit sasaran kinerja yang tidak hanya seputar laporan-laporan tekstual dan bersifat administratif, melainkan juga pada upaya untuk menerapkan indikator yang outputnya memiliki relevansi dengan penanaman nilai-nilai nasionalisme khususnya di lembaga pendidikan.
Semua upaya yang mengarah pada penguatan nilai-nilai toleransi dan persatuan perlu dilakukan demi tegaknya NKRI. Sebab tidak banyak negara di dunia ini yang mampu berdiri kokoh di atas keberagaman.
Beberapa negara di dunia harus runtuh dan tercerai-berai dikarenakan adanya pertentangan berlatar perbedaan etnis maupun agama. Ini juga yang dialami sejumlah negara di Timur Tengah pada masa kontemporer.
Padahal dari sisi keragaman etnis, negara-negara Timur Tengah tidak sebesar dan sebanyak Indonesia. Selain itu, dari aspek geografis, negara-negara di kawasan Timur Tengah masih satu hamparan daratan. Tidak seperti Indonesia yang memiliki selat yang memisahkan antara pulau-pulau.
Pada titik ini, kita semua patut mensyukuri kodrat keberagaman dalam bentuk keragaman suku, bahasa, dan agama di Nusantara sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Ini merupakan amanah besar yang harus dipikul dengan kesadaran dan tanggungjawab segenap komponen bangsa.
Untuk itu, perayaan Hari Nusantara harus benar-benar dijadikan sebagai momentum untuk mengingatkan para pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia agar terus memupuk semangat persatuan dan persaudaraan di tengah keberagaman.
Sumber berita : Kompas.com - 14/12/2021, 16:52 WIB
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/14/165243965/memperkuat-wawasan-nusantara-dalam-dunia-pendidikan-kita?page=all#page2.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
SOSIALISASI PROGRAM EKSTRAKURIKULER ROBOTIK SMA AT-TAWAZUN
Dengan bangga, SMA Attawazun memperkenalkan Ekstrakurikuler Robotik, sebuah program unggulan yang dirancang untuk menggali potensi kreativitas, inovasi, dan keterampilan teknis siswa di
TELAH DIBUKA PENDAFTARAN CALON SANTRI/PESERTA DIDIK SMA TAHUN PELAJARAN 2025/2026
Pendaftaran Santri/Wati (Peserta Didik Baru) Baru Tahun Pelajaran 2025/2026 resmi dibuka pada: Gelombang I :20 November 2024 - 29 Februari 2025 Gelombang II :1 Maret 2025 – 15 J
Satu Bulan Penuh Ujian Semester, Santri Diharapkan Belajar Dengan Baik Dan Serius
Sudah dua pekan santri pondok pesantren At-Tawazun telah mengikuti ujian praktek semester ganjil tahun pelajaran 2024/2025. Biasanya ujian di At-Tawazun dilaksanakan selama empat pekan
Ujian Sumatif Akhir Semester Ganjil dan Ujian Kepesantrenan di SMA Attawazun Menggapai Kesuksesan Melalui Evaluasi yang Komprehensif
Di penghujung semester ganjil, SMA Attawazun kembali melaksanakan dua agenda evaluasi penting, yaitu ujian sumatif akhir semester dan ujian kepesantrenan. Kedua ujian ini menjadi bentuk
Kepala Sekolah SMA At-Tawazun Ikuti Kegiatan FKKS Subang
Subang, 13 November 2024. Kepala Sekolah SMA At-Tawazun Bpk.Tedi Sumardi, S.Si.,M.Si berpartisipasi dalam kegiatan Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) Kabupaten Subang. Kegiatan ini
SMA At-Tawazun Ikuti Subang Innovation Festival 2024: Mendorong Generasi Muda Berinovasi
Subang, 12 November 2024SMA At-Tawazun Kalijati Subang, sekolah yang dikenal dengan semangat dan prestasi akademisnya, baru-baru ini berpartisipasi dalam acara tahunan Subang Innov
Field Trip SMA At-Tawazun Ke Puspa Iptek Sundial, Museum Geologi Hingga Bazooga Bandung
SMA At-Tawazun Terpadu berkunjung ke Puspa Iptek Sundial, Museum Geologi Bandung dan Kebun Binatang Bazooga untuk melakukan Field Trip pada Rabu, 09 Oktober 2024. Dilansir Kumparan.com
KHUTBATUL WADA' PIMPINAN PONPES AT-TAWAZUN Dr.KH.MUSYFIQ AMRULLAH,Lc.,M.Si PADA WISUDA ANGKATAN XVI
Poin-poin yang disampaikan oleh Abina Dr. KH. Musyfiq Amrullah, Lc., M. Si. pada Khutbatul Wada’ Wisuda Angkatan XVI Pondok Pesantren At-Tawazun Tahun 2024 ٱلسَّلَامُ
UJIAN KOMPREHENSIF KELAS AKHIR
Selasa, 07 Mei 2024 Ujian Komprehensif Kelas Akhir adalah merupakan salah satu program Pondok Pesantren Attawazun dan juga program tahunan sekolah SMA AT-Tawazun yang pesertanya dituju
Telah dibuka !!! Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren At-Tawazun Tahun Ajaran 2024-2025
Kalijati – Tantangan pada masa sekarang ini meniscayakan seseorang mempunyai kualitas ilmu pengetahuan dan moral yang baik. Kualitas ilmu pengetahuan diantaranya didapat dari lemb